Ketika menulis draft ini, saya sedang berada di sebuah warung kopi sederhana di Bojonegoro, Jawa Timur. Hujan turun sejak siang menjelang sore dan belum menunjukkan tanda akan reda. Sementara dari dalam, suara sound system terdengar cukup memekakkan. Seolah beradu sengan suara hujan di luar. Pemilik warung sedang memutar lagu-lagu dari band Jamrud. Sepertinya dia — yang saya taksir usianya antara 40-50 tahun — adalah penggemar Jamrud meskipun poster yang terpasang di salah satu jendelanya adalah poster Rocket Rockers.
Ini adalah kunjungan kedua saya di Zam Zam (nama warung kopinya). Pada kunjungan pertama lalu, sang pemilik warung juga memutar lagu-lagu dari band yang sama, yang sesekali diselingi oleh lagu-lagu dari Boomerang dan Power Metal. Saya haquul yakin bahwa pada masa mudanya dulu, si pemilik warung ini pernah agak nakal. Lalu tobat setelah menikah dan punya anak.
“Lucu ya, hidup ini”. Celetuk teman saya tiba-tiba, tanpa konteks yang jelas.
Memang benar bahwa hidup ini terkadang lucu. Walau lucunya tak selalu membuat kita tertawa. Bahkan kadang membuat kita bersedih, marah, merasa getir.
Sore tadi, saya baru saja ngobrol panjang sekali soal bagaimana susahnya seorang pria memperjuangkan cinta. Salah langkah sedikit saja, seorang pria bisa kehilangan cinta yang sedang diperjuangkan. Seperti yang baru saja saya alami.
“Lucu ya, hidup ini”. Celetuk teman saya tiba-tiba, tanpa konteks yang jelas.
Memang benar bahwa hidup ini terkadang lucu. Walau lucunya tak selalu membuat kita tertawa. Bahkan kadang membuat kita bersedih, marah, merasa getir.
Sore tadi, saya baru saja ngobrol panjang sekali soal bagaimana susahnya seorang pria memperjuangkan cinta. Salah langkah sedikit saja, seorang pria bisa kehilangan cinta yang sedang diperjuangkan. Seperti yang baru saja saya alami.
“Lucu ya, hidup ini”. Celetuk teman saya tiba-tiba, tanpa konteks yang jelas.
Memang benar bahwa hidup ini terkadang lucu. Walau lucunya tak selalu membuat kita tertawa. Bahkan kadang membuat kita bersedih, marah, merasa getir.
Sore tadi, saya baru saja ngobrol panjang sekali soal bagaimana susahnya seorang pria memperjuangkan cinta. Salah langkah sedikit saja, seorang pria bisa kehilangan cinta yang sedang diperjuangkan. Seperti yang baru saja saya alami.
“Lucu ya, hidup ini”. Celetuk teman saya tiba-tiba, tanpa konteks yang jelas.
Memang benar bahwa hidup ini terkadang lucu. Walau lucunya tak selalu membuat kita tertawa. Bahkan kadang membuat kita bersedih, marah, merasa getir.
Sore tadi, saya baru saja ngobrol panjang sekali soal bagaimana susahnya seorang pria memperjuangkan cinta. Salah langkah sedikit saja, seorang pria bisa kehilangan cinta yang sedang diperjuangkan. Seperti yang baru saja saya alami.
Ketika menulis draft ini, saya sedang berada di sebuah warung kopi sederhana di Bojonegoro, Jawa Timur. Hujan turun sejak siang menjelang sore dan belum menunjukkan tanda akan reda. Sementara dari dalam, suara sound system terdengar cukup memekakkan. Seolah beradu sengan suara hujan di luar. Pemilik warung sedang memutar lagu-lagu dari band Jamrud. Sepertinya dia — yang saya taksir usianya antara 40-50 tahun — adalah penggemar Jamrud meskipun poster yang terpasang di salah satu jendelanya adalah poster Rocket Rockers.
Ini adalah kunjungan kedua saya di Zam Zam (nama warung kopinya). Pada kunjungan pertama lalu, sang pemilik warung juga memutar lagu-lagu dari band yang sama, yang sesekali diselingi oleh lagu-lagu dari Boomerang dan Power Metal. Saya haquul yakin bahwa pada masa mudanya dulu, si pemilik warung ini pernah agak nakal. Lalu tobat setelah menikah dan punya anak.
Ketika menulis draft ini, saya sedang berada di sebuah warung kopi sederhana di Bojonegoro, Jawa Timur. Hujan turun sejak siang menjelang sore dan belum menunjukkan tanda akan reda. Sementara dari dalam, suara sound system terdengar cukup memekakkan. Seolah beradu sengan suara hujan di luar. Pemilik warung sedang memutar lagu-lagu dari band Jamrud. Sepertinya dia — yang saya taksir usianya antara 40-50 tahun — adalah penggemar Jamrud meskipun poster yang terpasang di salah satu jendelanya adalah poster Rocket Rockers.
Ini adalah kunjungan kedua saya di Zam Zam (nama warung kopinya). Pada kunjungan pertama lalu, sang pemilik warung juga memutar lagu-lagu dari band yang sama, yang sesekali diselingi oleh lagu-lagu dari Boomerang dan Power Metal. Saya haquul yakin bahwa pada masa mudanya dulu, si pemilik warung ini pernah agak nakal. Lalu tobat setelah menikah dan punya anak.